e. Kuti

Gajah Mada merupakan sosok yang disegani dalam kerajaan Majapahit. Gajah Mada menurut Serat Pararaton, merupakan putera dari Gajah Pagon yakni seorang petinggi kerajaan Majapahit dan pengikut setia Raden Wijaya, dan Ibunya adalah anak dari Macan Kuping, Kepala Desa Pandakan. Adapun penamaan Gajah dimaksudkan seperti Gajah dalam dunia hewan yang mampu menghalau semua halangan, dan betul kiranya, sebab dalam perkembangan kariernya di Kerajaan Majapahit, beliau selalu menghadapi sekaligus juga menumpas berbagai pemberontakan yang melanda Majapahit, di antaranya adalah Pemberontakan Ra Kuti.

Pemberontakan Ra Kuti yang terjadi pada masa pemerintahan Jayanagara (1309-1328), tepatnya tahun 1319 masehi, merupakan pemberontakan dari kalangan istana terhadap kebijakan raja. Ra kuti sendiri merupakan bagian dari Dharmaputra, yakni pejabat tinggi yang memiliki kedudukan khusus di Majapahit, dibentuk oleh Raden Wijaya, penguasa sekaligus pendiri Majapahit.

Peran Gajah Mada dalam menumpas pemberontakan ini cukup sentral, dan karenanya mengangkat karier beliau hingga ke posisi patih dalam sistem pemerintahan Majapahit. Pada awalnya, Gajah Mada merupakan anggota Bhayangkara, yakni pasukan pengamanan raja, dalam konteks ini dipahami sebagai pasukan yang memberi rasa keamanan terhadap Raja Jayanagara. Ketika tercium adanya gerakan pemberontakan yang mengancam nyawa raja, Gajah Mada beserta 16 Pasukan Bhayangkara, menjalankan strategi: (1) mengamankan raja dari ibu kota, untuk mengamankan nyawanya, dan (2) menumpas pemberontakan di ibu kota ketika raja sudah dibawa ke Badander, salah satu desa di Bojonegoro.